Jumat, 02 Januari 2009

Penelitian di Indonesia Tidak Fokus

JAKARTA--Pencapaian tertinggi dalam penelitian dan pendidikan adalah menjadi diamond. Demikian pemaparan Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. der soz Gumilar Rustiwa Somantri dalam Stadium Generale "Prospek dan Tantangan Menuju Universitas Riset di Indonesia," yang berlangsung di Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI, Rabu (17/12).

Diamond tersebut, kata Somantri, bisa dalam bentuk nobel ataupun sumbangsih terhadap peradaban. Namun, kata dia, Indonesia belum bisa mencapai hal tersebut. "Umumnya riset yang dilakukan baik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Riset dan Teknologi (Ristek) dan Perguruan Tinggi tidak fokus," kata Somantri. "Tidak disini, riset tidak memberikan sumbangan pada pengembangan kehidupan," imbuh Somantri

Somantri menanalogikan perkembangan riset seperti riak gelas dalam air dimana posisi peneliti Indonesia berada pada tepi gelas bukan pada pusat riak. Hal ini, kata Somantri, apa yang dilakukan para peneliti Indonesia tidak berada pada posisi terdepan (Frontier) tetapi lebih cenderung mengikuti trend riset yang ada.

Somantri melihat paling tidak ada dua hal yang perlu dipenuhi dalam penelitian yakni Touching dan Strength. Touching yang dimaksud adalah penelitian dilakukan sesuai dengan maksud meningkatkan peradaban sedangkan Strengh menyangkut kegigihan para peneliti untuk terus bekreasi meskipun dengan dana yang dana terbatas."Setelah fokus baru ada kemungkinan kedepannya kita bisa memperoleh nobel dan menjadi frontier," katanya.

Untuk fokus penelitian, dia menyebut tiga hal yang seharusnya menjadi hal penting yang terus di teliti yakni penyakit, nutrisi dan pengobatan herbal. Ia mengatakan seharusnya peneliti Indonesia tidak perlu malu meneliti nutrisi.

"Jangan pernah malu melakukan riset nutrisi, karena masa depan bangsa tergantung pada anak-anak yang sekarang terkena kurang gizi. Para peneliti dan universitas yang seharusnya bertanggung jawab," tegas Somantri

Menyikapi hal itu, Somantri menilai perlu dilakukan dua hal yakni reformasi perguruan tinggi (PT) dan konteks. Reformasi yang ia maksud ialah integrasi berbagai departemen yang selama ini berdiri sendiri-sendiri dalam sebuah federasi yang bernama universitas,kemudian konvergensi keilmuan,pengembangan nilai-nilai penelitian, dan internasionalisasi. Semua itu, menurutnya, akan menjadi mesin yang mendorong penelitian.

Dinas Pendidikan Ancam Guru Yang Lakukan Kekerasan

JAMBI - Dinas Pendidikan Provinsi Jambi mengancam akan menindak tegas guru yang melakukan kekerasan pada muridnya, menyusul maraknya aksi tersebut terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Rahmat Derita di Jambi, Senin, mengatakan, aksi kekerasan dilakukan guru di sejumlah daerah di Indonesia cukup memprihatinkan, dan jangan sampai terjadi di Jambi.

"Pola mendidik murid supaya menjadi anak yang baik dan cerdas tidak dengan kekerasan, namun dengan sentuhan kasih sayang dengan menganggap mereka sebagai teman, adik, dan anak," kata Rahmat

Aksi kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya itu merupakan tindakan yang tidak terpuji dan merusak citra pendidikan di Indonesia di mata internasional.

Guna menghindari aksi kekerasan itu, seluruh guru di Provinsi Jambi diimbau menerapkan pola mendidik dengan baik, yang dapat menumbuhkan semangat bagi anak didiknya untuk belajar dan beretika.

Para kepala sekolah juga diimbau untuk meningkatkan pengawasan dan bimbingan pada para guru dalam menerapkan pola belajar mengajar yang baik sesuai ketentutan dan aturan yang berlaku.

Diakui untuk mendidik anak remaja dan memasuki masa pancaroba tidak mudah, karena mereka selalu mencari sensasi supaya mendapat perhatian, kendati yang dilakukannya salah.

"Untuk menghadapi mereka diperlukan kesabaran dan pendekatan dengan berbagai cara, tidak dengan kekerasan, bisa dilakukan dengan menganggap mereka sebagai teman, adik bahkan anak, untuk berbagi cerita dan permasalahan yang dihadapi,"

Asuh murid guna tenaga secara cekap

SEBANYAK 800 tanda tangan pelajar sekolah rendah berjaya dikumpul sempena Kempen Philips-Cetree Energy Efficient Mobile Showhome yang diadakan baru-baru ini.

Tandatangan di kain pemidang kempen itu merupakan ikrar pelajar berkenaan untuk menjalani cara hidup dengan menggunakan tenaga secara cekap.

Kempen yang juga dikenali sebagai Kempen A Simple Switch yang telah dilancarkan pada Jun lalu di Sekolah Kebangsaan (SK) Klang Gate membawa Philips-Cetree Energy Efficient Mobile Showhome mengunjungi beberapa sekolah di Lembah Kelang dan Pulau Pinang.

Sekolah-sekolah yang dikunjungi termasuklah SK Klang Gate dan SK Convent Bukit Mertajam, Pulau Pinang.

Kempen itu dijangka akan menjelajah ke Pahang dan Melaka pula termasuk ke SK St Frances, Melaka dan SK Jalan Bahagia, Temerloh, Pahang.

Melalui seruan bertindak agar bertukar kepada cara hidup menggunakan tenaga secara cekap, kempen bergerak A Simple Switch ke sekolah adalah bertujuan untuk mendidik pelajar mengenai pelbagai sumber tenaga yang baru di samping memberi tips mudah untuk menjimatkan tenaga setiap hari.

Para pelajar juga mempelajari kepentingan amalan menggunakan tenaga secara cekap melalui penyertaan dalam permainan interaktif yang direka khas berfokus kepada tenaga seperti Monopoli dan Ular dan Tangga.

Sebagai tambahan kepada permainan itu, para pelajar juga digalakkan untuk menyertai aktiviti pertukaran mentol lampu iaitu mereka bertukar-tukar mentol lampu lama kepada mentol lampu Philips yang menjimat tenaga serta menandatangani kain pemindang kempen berkenaan.

Mereka juga digalakkan untuk melawat laman web A Simple Switch (www.asimpleswitch.com) untuk mendapatkan tips menjimatkan tenaga.

Menurut Ketua Pegawai Eksekutif dan Pengerusi Kumpulan Syarikat Philips Malaysia Dr. R. Kumar, pihaknya teruja dengan sokongan yang diberi oleh Kementerian Pelajaran dan Kementerian Tenaga, Air dan Komunikasi serta pihak sekolah.

``Adalah penting kesedaran mengenai penggunaan tenaga secara berhemat dan cekap dipupuk sejak kecil agar dapat sikap, tanggungjawab dan amalan yang betul terus tersemat kukuh dalam jiwa mereka bila dewasa kelak,’’ katanya.

Beliau berharap lebih ramai pelajar termasuk guru di sekolah-sekolah yang bakal dilawati nanti akan berikrar menjalani cara hidup melalui penggunaan tenaga secara cekap.

``Philips-Cetree Energy-Efficient Mobile Showhome merupakan kaedah pembelajaran efektif untuk pelajar kerana ia memberi pengalaman secara terus bagi mendidik pelajar mengenai kecekapan tenaga dan tenaga baru,’’ katanya.

Mobile Showhome itu mempunyai lima kiosk ilmu – Ilmu Umum Menengai Tenaga Baru, Peralatan Elektrik Penggunaan Tenaga Secara Cekap, Terma Solar, Biomass dan Elektrik Solar - kesemuanya mengandungi aktiviti-aktiviti mudah yang memberi pengalaman yang praktikal.

Percaya atau tidak, enjin tersebut direka menggunakan minyak kelapa sawit seratus peratus.

Pada tahun lalu, Mobile Showhome telah dibawa ke kawasan pedalaman di seluruh negara untuk meningkatkan kesedaran dan wadah mengenai penggunaan tenaga secara cekap termasuk pelbagai sumber tenaga baru dan usaha itu mendapat sambutan menggalakkan daripada pihak terlibat.

Kata Dr. Kumar, hari ini keperluan untuk meningkatkan kesedaran dan pendidikan mengenai sumber tenaga alternatif dan penggunaan tenaga secara cekap amat penting.

``Buktinya dapat dilihat daripada isu-isu berkaitan tenaga yang dihadapi masyarakat negara ini berikutan kenaikan harga minyak dan elektrik baru-baru ini,’’ katanya.

Beliau berharap usaha tersebut akan disemat dalam minda agar keperluan sumber semulajadi yang semakin berkurangan dapat dibendung selain memulihara alam semulajadi untuk generasi masa akan datang.

Belajar Mewujudkan Mimpi sejak Belia

”Suatu hari nanti aku akan membangun perusahaan penerbangan sendiri,” ujar Ridwan Zulfikar (15), siswa kelas III Madrasah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta.

Zulfikar tahu benar, jalan yang harus ditempuh untuk membangun perusahaan sendiri bakal panjang, tetapi ia yakin telah merintis jalan itu.

Sejak duduk di kelas I sekolah menengah pertama, Zul—demikian Zulfikar biasa dipanggil teman-temannya—bergabung dalam program perusahaan sekolah yang diperkenalkan Prestasi Junior Indonesia (PJI).

Jabatan Presiden Direktur Empire Student Company, begitu nama perusahaan sekolah ini, baru dilepas Zulfikar pekan lalu untuk persiapan Ujian Nasional 2009.

Zul dan kawan-kawannya mengelola perusahaan sekolah dengan modal awal Rp 250.000. Modal ini mereka dapat dari penjualan 25 lembar saham secara sukarela kepada guru dan siswa.

Masa kerja tim manajemen perusahaan sekolah ini selama satu tahun. Pada akhir masa kerja, perusahaan dilikuidasi, laba dibagi kepada pemegang saham, kemudian dibentuk lagi perusahaan baru dengan tim manajemen yang terdiri atas siswa-siswa baru pula.

”Dalam beberapa bulan operasional, perusahaan sekarang punya uang Rp 2.281.850, dengan laba bersih lebih dari satu juta rupiah,” ujar Zul.

Bukan nilai nominal itu yang menarik perhatian. Namun, kiprah siswa-siswa ini mengelola modal ternyata memberi mereka inspirasi untuk menjadi wirausaha.

Beragam kegiatan mereka lakukan, mulai dari berjualan cokelat buatan kerabat, menjual minuman pada jam istirahat di kelas-kelas di lantai atas yang cukup jauh dari kantin, hingga menyewakan alat makan dan sandal jepit untuk shalat bersama di sekolah.

Kegiatan paling seru tentu menggelar dagangan pada acara bazar, termasuk di pusat perbelanjaan.

”Sebagian barang kami jual dengan konsinyasi, kalau enggak laku dikembalikan. Ada juga yang kami beli putus. Rata-rata jualan harian atau bazar laku banget. Yang lambat perkembangannya tuh penyewaan sandal jepit,” ujar Lisky Nui (14), salah satu manajer di Empire Student Company.

Siswa-siswa ini juga belajar berbisnis di lingkungan yang lebih luas dari sekolah. Empire, misalnya, pernah berdagang barang kerajinan dengan 2K6 Student Company dari Ohio, Amerika Serikat, melalui internet.

Pada akhir masa jabatannya, mereka juga membuat evaluasi bisnis. ”Perusahaan sekolah ini perlu lebih banyak mengikuti bazar, bukan hanya saat pameran pelajar, ulang tahun sekolah, atau penerimaan rapor,” ujar Lisky Nui.

Tahun depan, di sekolah menengah atas, Zulfikar sudah membayangkan tahapan berikut untuk memperkaya pengalamannya berbisnis.

”Di SMA nanti, aku akan ikut jualan multilevel marketing. Ada banyak perusahaan seperti itu yang modal awalnya enggak besar dan jualannya jelas. Kalau enggak cocok di satu perusahaan bisa ganti yang lain. Yang penting bisa sekolah sambil jualan,” ujarnya.

Transformasi

Perusahaan sekolah bukan hanya ada di Madrasah Pembangunan. Lebih dari 70 sekolah di berbagai daerah di Indonesia saat ini mengikuti program yang dipromosikan PJI ini. PJI merupakan lembaga nonprofit yang berafiliasi dengan jaringan global Junior Achievement.

Program pendidikan kewirausahaan ini ditujukan untuk siswa dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, tentu dengan model yang berbeda-beda.

”Pendidikan kewirausahaan perlu dipelajari dari kanak-kanak. Di situ ada nilai kejujuran, inisiatif, kepercayaan diri, kemampuan memimpin, dan bekerja sama yang ditanamkan,” ujar Direktur Eksekutif PJI Marzuki Darusman.

Marzuki mencontohkan, perusahaan sekolah memunculkan transformasi diri bagi siswa-siswa sekolah menengah di Kutai Timur, Kalimantan Timur, misalnya, ketika mereka bisa menjual dodol salak kepada siswa sekolah menengah di Boston, AS.

Ada juga siswa sekolah yang memenangi kompetisi penyusunan rencana bisnis di Dublin, Irlandia.

Pelajaran berbisnis sejak belia bukanlah ”promosi” materialistis. Kewirausahaan justru mendorong seseorang menggali potensi diri dan lingkungannya serta berani berkreasi mengembangkan potensi itu.

Kemampuan tersebut bukan saja berguna bagi kalangan pebisnis. Kalangan birokrat juga perlu memiliki jiwa kewirausahaan agar ekonomi negara bisa maju tanpa korupsi.